Minggu, 20 April 2008

KEMISKINAN dan GIZI BURUK, APA JADINYA GENERASI BANGSA INDONESIA

Nama : Arik Puji U. Tugas Jurnalistik O.R

No.Reg : 056 484 015

Jurusan : Penkesrek / IKOR.

KEMISKINAN dan GIZI BURUK, APA JADINYA GENERASI BANGSA INDONESIA

Gizi buruk mulai lagi menghiasi negara kita lagi, kata orang negara yang “gemah ripah loh djinawi”. Miris…!mendengar tentang gizi buruk, bagaimana tidak….! Ditengah – tengah berseliwernya mobil – mobil mewah dan banyaknya mal – mal yang berdiri tegak di kota – kota besar, pembahasan APBN dan APBD yang milyaran bahkan bisa triliunan rupiah, anggota DPR yang ingin kenaikan gaji dan kunjungan ke luar negeri yang menghabiskan dana juta an rupiah tapi tak ada hasilnya atau apalah...!. Cerita koruptor yang juga milyaran rupiah, sejumlah anak dibawah umur 5 tahun menderita kekurangan gizi…Miris telinga ini mendengarnya.

Jumlah mereka jauh dibawah jumlah orang kaya di indonesia. Sederhana saja penyebab terjadinya gizi buruk. Asupan kalori dan protein tidaklah cukup bila dibandingkan dengan kebutuhan dalam waktu yang relatif lama. Kekurangan sehari, seminggi dan sebulan tidak menyebabkan gizi buruk. Jadi kenapa lambat diketahui?siapa yang harus disalahkan….!Presiden..!Wakil rakyat..!atau Rakyat..!

Pada dasarnya karena kemiskinan, yaitu kemiskinan materi dan kemiskinan informasi. Keduanya menyebabkan pilihan dan jumlah bahan makanan yang dibeli oleh sebuah keluarga lebih rendah daripada kebutuhan gizi anggota keluarga. Memang persoalan utama dari sebagian besar keluarga dengan balita gizi buruk adalah miskin materi.

Secara sederhana, fenomena ini memang mungkin juga dapat menjelaskan mengapa kondisi kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan secara signifikan. Sekalipun diakui beberapa kalangan seperti halnya pemerintah bahwa kemiskinan dan pengangguran mengalami penurunan, dalam kenyataannya kita masih melihat penderitaan masyarakat akibat dari kemiskinan yang sangat memprihatinkan dan berpengaruh pada kebutuhan bahan makanan yang menyebabkan gizi buruk pada generasi bangsa ini. Pendek kata, masalah dibiarkan muncul dulu, baru setelah itu ditangani. Sama halnya masalah kemiskinan dan gizi buruk dibiarkan muncul dulu, baru selanjutnya ditangani dengan berbagai progran pelayanan sosial.

Kenyataannya, Indonesia memang bukan negara kesejahteraan universal seperti halnya negara – negara maju. Namun, bila pelayanan sosial dengan model yang sama terus diterapkan, maka tidak banyak mengubah peta kemiskinan di Indonesia. Jika bantuan / pelayanan yang diberikan pemerintah tidak sampai ke tangan orang yang benar – benar membutuhkan , sama halnya juga Bohong…!.kemiskinan justru rentan dengan aroma politik, karna hanya dimanfaatkan segelintir elite olitik dan kalangan tertentu.

Selama ini kita didominasi oleh suatu upaya untuk menangani kemiskinan, namun jarang kita berfikir bagaimana membuat orang tidak jatuh miskin. Jadi intinya adalah bagaimana mencegah supaya seseoarang tidak menjadi miskin.

Mungkin upaya ini kurang terpikirkan. Namun, bayangkanlah jika kita kesulitan ekonomi karena tidak stabilnya harga – harga bahan pokok seperti sekarang ini dapat melahirkan orang – orang miskin baru dan berpengaruh meningkatya gizi buruk pada balita, anak – anak generasi bangsa ini…orang berkata bahwa negara kita kaya akan sumber alam nya, tapi apa kata dunia…!jika kita rakyatnya sendiri banyak yang mengalami kemiskinan dan kekuranga gizi..

Tidak ada komentar: