Minggu, 20 April 2008

PENTINGNYA OLAHRAGA ADAPTIF

PENTINGNYA OLAHRAGA ADAPTIF

KEBIJAKAN KEGIATAN Prioritas Direktorat Pendidikan Luar

Biasa

Program Uji Coba Pendidikan Inklusi

Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh

pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi

seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari

jenjang TK, SD, SLTP sampai dengan SMU

1.Penanganan anak autisme

Penanganan secara dini bagi anak yang mengalami hambatan

dalam berkomunikasi, bersosialisasi, sensorik, perilaku,

dan emosi untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhannya. Langkah-langkah tersebut dapat

ditempuh dengan cara :

1.Menggali dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tenaga

ahli (dokter

umum, dokter ahli, psikolog) melalui instansi terkait

melalui seminar

lokakarya layanan pendidikan untuk penyandang autisme.

2.Peningkatan SDM dengan memasukkan kurikulum mengenai

pendidikan untuk

penyandang autisme pada pendidikan guru dan guru luar

biasa (terutama guru

TK dan SD sebagai saringan pertama) terkait.

3.Menyusun satu model layanan pendidikan bagi anak autis.

4. Menyusun pedoman modul layanan pendidikan bagi anak

autis.

5.Memotivasi yayasan penyelenggara pendidikan Autis dan

penyelenggara

SLB dengan memberikan bantuan berupa block grant.

KEBIJAKAN PELAYANAN Pendidikan Bagi Anak Autis

I. PENGERTIAN

Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti

diri sendiri "Isme" yang berarti suatu aliran. Berarti

suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.

Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks

menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas

imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3

tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada

sejak lahir.

Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai

retardasi mental,sedangkan 20% dari mereka mempunyai

kemampuan yang cukup tinggi untukbidang-bidang tertentu

(savant)

Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam

bidang :

1. Komunikasi

2. Interaksi sosial

3. Gangguan sensoris

4. Pola bermain

5. Perilaku

6. Emosi

Apa Penyebab Autistik?

Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika

memegang peranan penting pada terjadinya autistik. Bayi

kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik yang

mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa

anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar

mengalami gangguan yang sama. Selain itu pengaruh virus

seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang buruk;

perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat

menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan

fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi

pemahaman, komunikasi dan interaksi.

Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan

antara gangguan pencernaan dan gejala autistik. Ternyata

lebih dari 60 % penyandang autistik ini mempunyai sistem

pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa

susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak

tercerna

dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak

semua berubah menjadi asam amino tapi juga menjadi

peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang

seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang

autistik, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk

kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh

reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan

gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan

membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena

biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan

perilaku.

II. KARAKTERISTIK

Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:

1. Komunikasi:

- Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

- Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah

berbicara tapi kemudian sirna,

- Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

- Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang

tak dapat dimengerti orang lain

- Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

- Senang meniru atau membeo (echolalia)

- Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau

nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya

- Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal)

atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa

- Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan

apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu

2. Interaksi sosial:

- Penyandang autistik lebih suka menyendiri

- Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar

untuk bertatapan

- tidak tertarik untuk bermain bersama teman

- Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh

3. Gangguan sensoris:

- sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka

dipeluk

- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga

- senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda

- tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut

4. Pola bermain:

- Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,

- Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,

- tidak kreatif, tidak imajinatif

- tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda

dibalik lalu rodanya di putar-putar

- senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas

angin, roda sepeda,

- dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang

dipegang terus dan dibawa kemana-mana

5. Perilaku:

- dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau

kekurangan (hipoaktif)

- Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti

bergoyang-goyang,

mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar,

mendekatkan mata ke

pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan

yang diulang-ulang

- tidak suka pada perubahan

- dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong

6. Emosi:

- sering marah-marah tanpa alasan yang jelas,

tertawa-tawa, menangis tanpa alasan

- temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang

atau tidak diberikan keinginannya

- kadang suka menyerang dan merusak

- Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya

sendiri

tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang

lain

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA AUTISME

Waktu adalah bagian terpenting. Jika anak memperlihatkan

beberapa gejala diatas segera hubungi psikolog klinis,

dokter ahli perkembangan, anak, psikiater anak atau

neurologis khusus autistik dan gangguan perkembangan yang

akan membuat suatu assesstment/pengkajian yang diikuti

dengan penegakan diagnosa. Jika terdiagnosa dini, maka

anak autistik dapat ditangani segera melalui terapi-terapi

terstruktur dan terpadu. Dengan demikian lebih terbuka

peluang perubahan ke arah perilaku normal

IV. BAGAIMANA PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKANNYA

Layanan Pendidikan Awal:

A. Program Intervensi Dini:

1.Discrete Trial Training dari Lovaas: Merupakan produk

dari Lovaas dkk pada Young Autistikm Project di UCLA USA,

walaupun kontroversial, namun mempunyai peran dalam

pembelajaran dan hasil yang optimal pada anak-anak

penyandang autistik. Program Lovaas (Program DTT) didasari

oleh model perilaku kondisioning operant (Operant

Conditioning) yang merupakan faktor utama dari program

intensive DTT. Pengertian dari Applied Behavioral Analysis

(ABA), implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip dan

tehnik yang membentuk teori pembelajaran perilaku

(behavioral learning), adalah suatu hal yang penting dalam

memahami teori perilaku Lovaas ini.

Teori pembelajaran perilaku (behavioral learning) didasari

oleh 3 hal:

1.Perilaku secara konseptual meliputi 3 term penting yaitu

antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi.

2.Stimulus antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan

berefek pada reaksi perilaku yang muncul.

3.Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap

antecendent dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan

reinforcement yang positif sebagai kunci dalam merubah

perilaku. Sehingga perilaku yang baikdapat terus

dilakukan, sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui

time out, hukuman, atau dengan kata 'tidak'). Dalam

teknisnya, DTT terdiri dari 4 bagian yaitu:

- stimuli dari guru agar anak berespons

- respon anak

- konsekwensi

- berhenti sejenak,dilanjutkan dengan perintah selanjutnya

2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative

Program for preschooler and parents)

Intervensi LEAP menggabungkan Developmentally Appropriate

Practice (DAP) dan tehnik ABA dalam sebuah program inklusi

dimana beberapa teori pembelajaran yang berbeda

digabungkan untuk membentuk sebuah kerangka konsep.

Meskipun metoda Ini menerima berbagai kelebihan dan

kekurangan pada anak-anak penyandang autistik, titik

berat utama dari teori dan implementasi praktis

yang mendasari program ini adalah perkembangan sosial

anak. Oleh sebab itu, dalam penerapan ini teori autistik

memusatkan diri pada central social deficit. Melalui

beragamnya pengaruh teoritis yang diperolehnya, model LEAP

menggunakan teknik pengajaran reinforcement dan kontrol

stimulus. Prinsip yang mendasarinya adalah :

1. Semua anak mendapat keuntungan dari lingkungan yang

terpadu

2. Anak penyandang autistik semakin membaik jika

intervensi berlangsung konsisten baik di rumah, sekolah,

maupun masyarakat

3. Keberhasilan semakin besar jika orang tua dan guru

bekerja bersama-sama

4. Anak penyandang autistik bisa saling belajar dari

teman-teman sebaya mereka

5. Intervensi haruslah terancang, sistematis, individual

6. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan yang

normal akan mendapat keuntungan dari kegiatan yang

mencerminkan DAP.

Kerangka konsep DAP berdasarkan teori perilaku, prinsip

DAP dan inklusi.

3. Floor Time:

Pendekatan Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan

interaktif yang mengatakan bahwa perkembangan ketrampilan

kognitif dalam 4 atau 5 tahun pertama kehidupan didasarkan

pada emosi dan relationship (Greenspan & Wieder 1997a).

Jadi hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen

utama dalam teori dan praktek model ini.

Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan

terintegrasi untuk intervensi anak yang mempunyai

kesulitan besar (severe) dalam berhubungan (relationship)

dan berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang

sistematik inilah yang disebut Floor Time. Kerangka konsep

program ini diantaranya:

- pentingnya relationship

- enam acuan (milestone) sosial yang spesifik

- teori hipotetikal tentang autistik

4. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related

Communication Handicapped Children)

Divisi TEACCH merupakan program nasional di North Carolina

USA, yang melayani anak penyandang autistik, dan diakui

secara internasional sebagai sistem pelayanan yang tidak

terikat/bebas. Dibandingkan dengan ketiga program yang

telah dibicarakan, program TEACCH menyediakan pelayanan

yang berkesinambungan untuk individu, keluarga dan lembaga

pelayanan untuk anak penyandang autistik. Penanganan dalam

program ini termasuk diagnosa, terapi/treatment,

konsultasi, kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan

hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya

untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang spesifik. Para

terapis dalam program TEACCH harus memiliki pengetahuan

dalam berbagai bidang termasuk, speech pathology, lembaga

kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luar biasa dan

psikologi. Konsep pembelajaran dari model TEACCh

berdasarkan tingkah laku, perkembangan dan dari sudut

pandang teori ekologi, yang berhubungan erat dengan teori

dasar autisme.

B. Program Terapi Penunjang:

Beberapa jenis terapi bagi anak autistik, antara lain:

1. Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot

mulut sehingga membantu anak berbicara lebih baik

2. Terapi Okupasi: untuk melatih motorik halus anak

3. Terapi Bermain: mengajarkan anak melalui belajar sambil

bermain

4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy): dengan

pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.

5. Terapi melalui makanan (diet therapy): untuk anak-anak

dengan masalah alergi makanan tertentu

6. Sensory Integration Therapy: untuk anak-anak yang

mengalami gangguan pada sensorinya

7. Auditory Integration Therapy: agar pendengaran anak

lebih sempurna

8. Biomedical treatment/therapy: penanganan biomedis yang

paling mutakhir, melalui perbaikan kondisi tubuh agar

terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan

logam berat, efek casomorphine dan gliadorphin, alergen,

dsb)

C. Layanan Pendidikan Lanjutan

Pada anak autistik yang telah diterapi dengan baik dan

memperlihatkan keberhasilan yang menggembirakan, anak

tersebut dapat dikatakan "sembuh" dari gejala autistiknya.

Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan

perilakunya sehingga tampak berperilaku normal,

berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai

wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya.

Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk

masuk kedalam kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang

sangat bagus dalam meniru/imitating) dapat mempunyai

figur/role model anak normal dan meniru tingkah laku anak

normal seusianya.

1. Kelas Terpadu sebagai kelas transisi:

Kelas ini ditujukan untuk anak autistik yang telah

diterapi secara terpadu dan terrstruktur, dan merupakan

kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan

kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara

pengajaran untuk anak autistik ( kelas kecil dengan jumlah

guru besar,dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang

jelas, padat dan konsisten,dsb). Tujuan kelas terpadu

adalah:

1.Membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah

reguler2.

Belajar secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas

reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari

teman-teman sekelasnya. Prasyarat:

2. Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping,

sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku,

terapis bicara, terapis okupasi dsb)

3.Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian

oleh satu team dari berbagai bidang ilmu ( psikolog,

pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang

tua/relawan)

4.Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler

untuk memudahkan proses transisi dilakukan (mis: mulai

latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah raga

atau istirahat atau prakarya dsb)

2. Program inklusi (mainstreaming)

Program ini dapat berhasil bila ada:

1. Keterbukaan dari sekolah umum

2. Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak

normal

3. Peningkatan SDM/guru terkait

4. Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing

Khusus (GPK)

5. Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu

saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu sesuai

dengan kemampuannya)

6. Anak dapat "tamat" (bukan lulus) dari sekolahnya karena

telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama

teman sekelasnya/peers.

7. Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak

memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum

Anak autistik mempunyai cara berpikir yang berbeda dan

kemampuan yang tidakmerata disemua bidang, misalnya pintar

matematika tapi tidak suka menulis dsb. Ciri khas pada

anak autistik:

1. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain

2. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi

orang lain atas perbuatannya.

3. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca

sukar

dipahami. Misalnya dalam bercerita kembali dan soal

berhitung yang menggunakan kalimat

4. Anak kadang mempunyai daya ingat yang sangat kuat,

seperti perkalian, kalender, dan lagu-lagu

5. Anak lebih mudah belajar memahami lewat gambar-gambar

(visual-learners)

6. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman

sekelasnya, seperti sukar bekerjasama dalam kelompok,

bermain peran dsb.

7. Anak sukar mengekspresikan perasaannya, seperti mudah

frustasi bila tidak dimengerti dan dapat menimbulkan

tantrum

Kesulitan-kesulitan anak pada bulan-bulan pertama antara

lain:

1. Kesulitan berkonsentrasi

2. Anak belum dapat mengikuti instruksi guru

3. Perilaku anak masih sulit diatur

4. Anak berbicara/mengoceh atau tertawa sendiri pada saat

belajar

5. Timbul tantrum bila tidak mampu mengerjakan tugas

6. Komunikasi belum lancar dan tidak runtut dalam

bercerita

7. Pemahaman akan materi sangat kurang

8. Belum mau bermain dan berkerjasama dengan

teman-temannya

Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autistik

didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai

shadow/guru pembimbing khusus (GPK). Tugas seorang shadow

guru pembimbing khusus (GPK) adalah:

1. Menjembatani instruksi antara guru dan anak

2. Mengendalikan perilaku anak dikelas

3. Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi

4. Membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan

teman-temannya

5. Menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam

membantu anak mengejar ketinggalan dari pelajaran

dikelasnya.

Guru pembimbing khusus adalah seseorang yang dapat

membantu guru kelas dalam mendampingi anak penyandang

autistik pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran

dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Guru kelas tetap

mempunyai wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung

jawab atas terlaksananyaperaturan yang berlaku.

3. Sekolah Khusus:

Pada kenyataannya dari kelas Terpadu terevaluasi bahwa

tidak semua anak autistik dapat transisi ke sekolah

reguler. Anak-anak ini sangat sulit untuk dapat

berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling

mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat

baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga, musik,

melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb. Anak-anak

ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga

potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal.

Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah

pengembangan olahraga, Sekolah Musik, Sekolah seni lukis,

Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil,Sekolah komputer,

dlsb.

4. Program sekolah dirumah (Homeschooling Program):

Adapula anak autistik yang bahkan tidak mampu ikut serta

dalam Kelas Khusus karena keterbatasannya, misalnya anak

non verbal, retardasi mental, masalah motorik dan auditory

dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam

Program Sekolah Dirumah (Homeschooling Program). Melalui

bimbingan para guru/terapis serta kerjasama yang baik

dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya, dapat

dikembangkan potensi/strength anak. Kerjasama guru dan

orangtua ini merupakan cara terbaik untuk men-generalisasi

program dan membentuk hubungan yang positif antara

keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan, dengan

dukungan dan kerjasama antara guru sekolah dan terapis di

rumah anak-anak ini dapat diberi kesempatan untuk mendapat

persamaan pendidikan yang setara dengan sekolah

reguler/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Dilain pihak,

perlu dukungan yang memadai untuk keluarga dan masyarakat

sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan bersama

seorang autistik.

IV. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN AUTISTIK

A. Pelaksanaan Indentifikasi anak Autistik harus mengacu

pada :

1) Rujukan untuk Terapi

Rujukan diperoleh dari:

a. Guru TK/Playgroup/TPA

b. Orang tua

c. Tenaga Ahli

2) Asesment

Asesment dilakukan oleh satu team yang terdiri dari

berbagai disiplin ilmu seperti :

a. Dokter

b. Psikolog

c. Speech patologis

d. Terapis

e. Guru

f. Orang tua

g. Relawan

1. Asesment didasari oleh :

a. Pedoman Kurikulum TK dan SD tahun 1994

b. Pedoman Observasi untuk anak autistik

c. Behavioral intervention manual dari Chatherine Maurice

d. Observasi klinis

e. Masukan dari orang tua

f. Rujukan dari guru, orang tua, dan tenaga ahli

2. Hal-hal yang dikaji :

a. Kognitif

b. Motorik kasar

c. Motorik halus

d. Bahasa dan komunikasi

e. Interaksi sosial

f. Bantu diri (self help)

g. Penglihatan

h. Pendengaran

i. Nutrisi

j. Otot-otot mulut

3) IEP/Individual Educational Plan and Program

IEP didasari oleh kebutuhan dan kemampuan anak untuk

mengejarketertinggalannya dan mengoptimalkan kemampuan

yang dimiliki.

4) Persetujuan Orang Tua

Orang tua harus memiliki komitmen terhadap IEP ikut serta

dalam kelompok kerja (Team work) yang terlibat dalam

pendidikan anak

5) Evaluasi

Evaluasi pendidikan untuk anak autistik meliputi :

a. Evaluasi proses : untuk penilaian guru terhadap

anakdalam setiap hari,

b. Evaluasi bulanan : laporan dari orang tua kepada

guru,atau sebaliknya,

c. Evaluasi catur wulan : laporan untuk orang tua

berbentukdeskripsi kemampuan anak dengan penilaian

kualitatif.

B. PENGEMBANGAN KURIKULUM

Anak autistik memiliki kemampuan yang berdeferensiasi,

serta proses perkembangan dan tingkat pencapaian

programpun juga tidak sama antara satu dengan yang

lainnya. Oleh karena itu kurikulum dapat dipilih,

dimodifikasi dan dikembangkan oleh

guru/pelatih/terapis/pembimbing, dengan bertitik tolak

pada kebutuhan masing-masing anak berdasarkan hasil

identifikasi. Pemilihan dan modifikasi kurikulum juga

disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan anak,

dan ketidakmampuannya, usia anak, serta memperhatikan

sumber daya/lingkungan yang ada.

Pelayanan pendidikan bagi anak autistik akan lebih baik

apabila dimulai sejak dini (intervensi dini). Sehingga

untuk mengembangkan kurikulum mengacu pada :

1. Program Pengembangan kelompok bermain (usia 2-3 tahun)

2. Kurikulum Taman Kanak-kanak (usia 4-5- tahun)

3. Kurikulum Sekolah Dasar

4. Kurikulum SLB Tuna Rungu

5. Kurikulum SLB Tunarungu dan Tunagrahita

Penyusunan program layanan pendidikan dan pengajaran

diambil dari kurikulum tersebut, dengan mempertimbangkan

kemampuan dan ketidakmampuan (kebutuhan) anak, dengan

modifikasi. Kurikulum bagi anak autistik dititik beratkan

pada pengembangan kemampuan dasar, yaitu :

1. Kemampuan dasar kognitif

2. Kemampuan dasar bahasa/Komunikasi

3. Kemampuan dasar sensomotorik

4. Kemampuan dasar bina diri, dan

5. Sosialisasi.

Apabila kemampuan dasar tersebut dapat dicapai oleh anak

dengan mengacu pada kemampuan anak yang sebaya dengan usia

biologi/ kalendernya, maka kurikulumdapat ditingkatkan

pada kemampuan pra akademik dan kemampuan akademik,

meliputi kemampuan : membaca, menulis, dan matematika

(berhitung).

C. KETENAGAAN

Ketenagaan dalam penyelenggaraan pendidikan autistik

meliputi beberapa komponen yang sangat terkait satu dengan

yang lain. Yang akan kita jelaskan di bawah ini :

1) Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan yang dimaksud disini, bisa guru atau

terapis.

Tenaga kependidikan untuk anak autistik ini idealnya dari

disiplin ilmu yang sesuai seperti PGTK, PGSD dan Sarjana

PLB atau Sarjana Psikolog. Bukan berarti dari disiplin

ilmu yang lain tidak mampu dalam menangani anak autistik.

Tetapi harus ada pelatihan dan bimbingan. Karena yang

paling diperlukan dalam diri seorang pendidik terutama

dalam penanganan terhadap anak autistik adalah:

1. Mau menerima dan melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan sepenuh hati dan disertai rasa kasih

sayang.

2. Mau banyak belajar untuk memperbanyak pengetahuan dan

wawasan.

Tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya terhadap anak diperlukan kreativitas yang tinggi.

Karena perlu diketahuibahwa penanganan anak autistik tidak

bisa disamakan antara anak yang satu

dengan anak yang lain.

2) Tenaga Non kependidikan para akademisi/profesional

terkait.

Selain tenaga kependidikan dalam penanganan terhadap anak

autistik yang sangat berperan adalah :

a. Tenaga Terapi Perilaku

Perilaku menjadi dasar bagi terapi selanjutnya

b. Tenaga terapi wicara :

Karena seperti kita ketahui banyak anak autistik yang

juga mengalamigangguan dalam berbahasa atau berkomunikasi.

c. Tenaga Terapi Sensori Motorik Integrasi :

Contoh dalam materi penjaskes SLB Tunagrahita

d. Yang juga sangat menunjang dalam penyelenggaraan

pendidikan untuk anak autistik adalah

- Orang Tua

- Psikolog

- Psikiater

- Dokter

- Relawan

- Dan tanaga ahli yang lain seperti : ahli gizi, dlsb.

3) Tenaga administrasi

Tanaga administrasi juga sangat diperlukan untuk membantu

penyelenggaraan pendidikan anak autistik. Adapun tujuannya

untuk membantu memperlancar tugas-tugas dari penyelenggara

pendidikan anak autistik.

4) Tenaga Penyelenggara (Pengurus Yayasan)

Pengurus yayasan atau tenaga penyelenggara adalah orang

yang mendirikan pendidikan bagi anak autistik. Sekaligus

bertugas sebagai fasilitator bagi setiap keperluan

pendidikan yang didirikan dan bertanggung jawab terhadap

perkembangan sekolah maupun tenaga pengelola yang ada

sekolah tersebut.

5) Tenaga Pengelola (Pemimpin Sekolah)

Tenaga pengelola merupakan jembatan antara orang tua,

lingkungan dan pihak penyelenggara serta peningkatan

sumber daya manusia bagi guru atau terapisnya.

D. SARANA DAN PRASARANA

Sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan tahapan usia

sekolah sebagai berikut :

I. Usia Pendidikan Prasekolah

- Alat Peraga : pengenalan warna, bentuk, huruf dan angka,

benda-benda sekitar, buah, binatang, kendaraan.

- Alat bantu komunikasi : berupa gambar-gambar yang

mewujudkan tujuan komunikasi dari anak.

- Alat bantu pengembangan motorik halus : cara memegang

pensil,menggunting, mewarna, dan sebagainya

- Alat bantu pengembangan motorik kasar : bola, tali,

dlsb.

- Kurikulum Tanan Kanak-kanak

- Terapi wicara (terapi dan alatnya) baik manual atau

elektronik

- Terapi sensori motorik integrasi (ayunan, lorong, balok

titian dan sebagainya)

II. Usia Pendidikan Sekolah Dasar

- Segala sarana belajar yang ada pada sekolah dasar pada

umumnya

- Alat peraga konkrit sebagai penunjang sarana belajar

- Guru pendamping

- Sarana untuk bersosialisasi

III. Usia Pendidikan Menengah

Pada usia ini jika dimungkinkan anak mengikuti kurikulum

sekolah menengah maka sarana belajar bisa mengikuti sarana

yang diperlukan untuk sekolah menengah akan tetapi jika

anak harus berada pada sekolah khusus, maka sarana yang

dibutuhkan harus mengacu pada pengembangan kemampuan

fungsional yang ada pada setiap anak autistik.

E. PENDANAAN

Pendidikan bagi anak autistik memang memerlukan biaya yang

mahal, karena pola pengajaran yang individual (satu anak,

satu guru). Oleh karena itu diperlukan peranan masyarakat

dan orang tua siswa yang lebih besar.

F. MANAJEMEN

Pelayanan pendidikan bagi anak autistik merupakan suatu

kegiatan yang terpadu dan juga melibatkan unsur-unsur

sebagai berikut :

1. Orang tua, merupakan pemegang peran utama dalam

penanganan anak autistik karena interaksi anak dengan

orang tua lebih besar porsinya dibandingkan dengan di

sekolah.

2. Tenaga pendidik, dimana yang berhubungan langsung

dengan anak didik sehingga dalam memberikan evaluasi yang

lebih akurat dan mengoptimalkan pembelajaran.

3. Penyelenggara pendidikan, sebagai penanggung jawab

kurikulum dan penyedia sarana dan prasarana pendidikan

bagi anak autistik maka peran serta mereka mutlak

diperlukan guna memberikan tempat pelayanan pendidikan

yang memadai.

4. Tenaga profesional (dokter, terapis, psikolog) yang

berfungsi untuk mendeteksi dan menangani, anak autistik

secara berkesinambungan dan integral.

5. Lembaga pemerintah sebagai fasilitator, dan juga

sekaligus mengawasi program pelayanan pendidikan anak

autistik

Dari masing-masing unsur tersebut harus berbentuk suatu

jaringan kerja sehingga dapat mengembangkan

program-program yang bersifat inovatif secara

berkelanjutan dan mampu memberikan pelayanan pendidikan

bagi anak autistik.

G. LINGKUNGAN

Lingkungan bagi anak yang manapun, tidak hanya

dilaksanakan didalam gedung, tetapi juga diluar gedung.

Khusus untuk pendidikan di luar gedung, maka sebaiknya

lingkungan difahamkan dulu tentang anak autistik, seperti

lingkungan bisa bersikap yang tepat pada anak autistik.

Lingkungan yang dimaksud adalah :

1. Keluarga tempat dimana anak autistik berada, yaitu

Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Kakek, Nenek, Pembantu, dlsb.

2. Masyarakat sekitar tempat pendidikan

3. Masyarakat pemilik sarana integrasi dan sosialisasi

bagi anak autistik.

4. Masyarakat secara luas sehingga perlu informasi melalui

media cetak, elektronik, penyuluhan, seminar, dlsb.

H. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa

(anak autistik) yang belajar dan guru pembimbing yang

mengajar. Dalam upaya membelajarkan anak autistik tidak

mudah. Guru pembimbing sebagai model untuk anak autistik

harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan

konsisten di dalam kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan. Oleh karena anak autistik pada umumnya

mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti orang

lain. Maka guru pembimbing diharuskan untuk mampu memahami

dan mengerti anak autistik.

Komponen-komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar

mengajar adalah :

1. Anak didik

Yakni anak autistik dan anak-anak yang masuk dalam

spektrum autistik.

2. Guru pembimbing

Seorang guru pembimbing anak autistik harus

memiliki dedikasi,ketelatenan, keuletan dan kreativitas di

dalam membelajarkan anak didiknya.Sehingga guru pembimbing

harus memahami prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran

untuk anak autistik.

Prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran

Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya

dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Terstruktur

Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan

prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau

pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi

yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah

kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan

ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian

yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.

Sebagai contoh, untuk mengajarkan anak mengerti dan

memahami makna dari instruksi "Ambil bola merah". Maka

materi pertama yang harus dikenalkan kepada anak adalah

konsep pengertian kata "ambil", "bola". Dan "merah".

Setelah anak mengenal dan menguasai arti kata tersebut

langkah selanjutnya adalah mengaktualisasikan instruksi

"Ambil bola merah" kedalam perbuatan kongkrit. Struktur

pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :

- Struktur waktu

- Struktur ruang, dan

- Struktur kegiatan

b. Terpola

Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas

yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun di

rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai

tidur kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus

dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.

Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah

berkembang, dapat dilatih dengan memakai jadwal yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya,

supaya anak dapat menerima perubahan dari rutinitas yang

berlaku (menjadi lebih fleksibel). Diharapkan pada

akhirnya anak lebih

mudah menerima perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan (adaptif) dan dapat berperilaku secara wajar

(sesuai dengan tujuan behavior therapi).

c. Terprogram

Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari

tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan

evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip dasar

sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus

dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan

anak, sehingga apabila target program pertama tersebut

menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula

selanjutnya.

d. Konsisten

Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak

autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan. Artinya :

apabila anak berperilaku positif memberi respon positif

terhadap susatu stimulan (rangsangan), maka guru

pembimbing harus cepat memberikan respon positif

(reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku

negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan dalam

ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara

tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus

sesuai dengan perilaku sebelumnya.

Konsisten memiliki arti "Tetap", bila diartikan secara

bebas konsisten mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang,

dan waktu. Konsisten bagi guru pembimbing berarti; tetap

dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak sesuai

dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing-masing

individu

anak autistik. Sedangkan arti konsisten bagi anak adalah

tetap dalam mempertahankan dan menguasai kemampuan sesuai

dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang

berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten dalam pendidikan

bagi anaknya, yakni dengan bersikap dan memberikan

perlakukan

terhadap anak sesuai dengan program pendidikan yang telah

disusun bersama antara pembimbing dan orang tua sebagai

wujud dari generalisasi pembelajaran di sekolah dan

dirumah.

e. Kontinyu

Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya

tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka

prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan

juga mutlak diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini

meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran,

program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam

pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga

harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan

lingkungan sekitar anak. Kesimpulannya, therapi perilaku

dan pendidikan bagi anak autistik harus dilaksanakan

secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh

dan terpadu).

3. Kurikulum

Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak

autistik tentunya harus berdasarkan pada kurikulum

pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak

mampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi

masing-masing individu.

4. Pendekatan dan Metode

Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan

Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode yang

digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada,

dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak

serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak.

Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode yang

memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga

anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian

tentang "sesuatu" tersebut.

5. Sarana Belajar Mengajar

Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran

proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep

pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir

anak autistik pada umumnya adalah pola pikir kongkrit.

sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga harus

kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun

pada awalnya mereka dilatih dengan sarana belajar yang

kongkrit.

6. Evaluasi

Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan

pengajaran perlu dilakukan adanya evaluasi (penilaian).

Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik

evaluasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Evaluasi Proses

Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada

saat proses kegiatan berlangsung dengan cara meluruskan

atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran

yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini

dilakukan oleh pembimbing dengan cara memberi reward atau

demonstrasi secara visual dan kongkrit.

Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana progres yang

dicapai anak dapat diketahui dengan cara adanya catatan

khusus/buku penghubung.

2. Evaluasi Bulan

Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan

perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau

dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini

dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan

perkembangan anak antara guru dan orang tua anak autistik

guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan pemecahan

masalah), antara lain dengan mencari penyebab dan latar

belakang munculnya masalah serta pemecahan masalah macam

apa yang tepat dan cocok untuk anak autistik yang menjadi

contoh kasus. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dan orang

tua dengan mengadakan diskusi bersama atau case

conference.

3. Evaluasi Catur Wulan

Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang

dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan program secara

menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan

pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka

kelanjutan program dan kesinambungan program ditingkatkan

dengan bertolak dari kemampuan akhir yang dikuasai anak,

sebaliknya apabila program belum dapat terkuasai oleh anak

maka diadakan pengulangan program (remedial) atau meninjau

ulang apa yang menyebabkan ketidak berhasilan pencapaian

program.

Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan dan Pengajaran bagi

Anak Autistik.

Tingkat keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan

pengajaran anak autistik dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu :

1. Berat - ringannya kelainan/gejala

2. Usia pada saat diagnosis

3. Tingkat kemampuan berbicara dan berbahasa

4. Tingkat kelebihan (strengths) dan kekurangan

(weaknesses) yang dimiliki anak

5. Kecerdasan/IQ

6. Kesehatan dan kestabilan emosi anak

7. Terapi yang tepat dan terpadu meliputi guru, kurikulum,

metode, sarana pendidikan, lingkungan (keluarga, sekolah

dan masyarakat).

Hambatan Proses Belajar Mengajar dan Solusinya.

1. Masalah prilaku

Masalah perilaku yang sering muncul yaitu : stimulasi diri

dan stereotip. Bila perilaku tersebut muncul yang dapat

kita lakukan :

i. Memberikan Reinforcement.

ii. Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan

diri sendiri

iii. Siapkan kegiatan yang menarik dan positif

iv. Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak

menyakiti diri.

2. Masalah Emosi :

Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil,

misalnya; menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab yang

jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum

dlsb.Cara mengatasinya :

1) Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya

2) Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap

tenang.

3) Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat

dilanjutkan.

3. Masalah Perhatian. (Konsentrasi)

Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan

untuk waktu yang lama dan masih berpindah pada

obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak.

Untuk itu maka usaha yang harus diupayakan oleh pembimbing

adalah:

a. Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara

bertahap.

b. Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.

c. Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan

kembali, dimaksudkan untuk mengurangi kejenuhan pada anak,

misal : dengan menyanyi, bermain, bercanda, dlsb.

4. Masalah Kesehatan.

Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan

belajar mengajar tidak dapat berjalan secara efektif,

namun demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan,

hanya saja dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi

anak.

5. Orang Tua

Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk

Perkumpulan Orang Tua Siswa, sebagai sarana penyebaran

berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari

informasi internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap

muka dengan tokoh yang berkaitan dalam pendidikan untuk

anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.

6. Masalah Sarana Belajar

Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan

untuk kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :

- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,

- Buku-buku pelajaran siswa,

- Kartu-kartu PECS, Compics, Flashcard, dlsb,

- Pegs, balok kayu, puzzle dan mainan edukatif lainnya

By Imron Rosyadi

Tidak ada komentar: