PENTINGNYA OLAHRAGA ADAPTIF
KEBIJAKAN KEGIATAN Prioritas Direktorat Pendidikan Luar
Biasa
Program Uji Coba Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh
pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi
seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari
jenjang TK, SD, SLTP sampai dengan SMU
1.Penanganan anak autisme
Penanganan secara dini bagi anak yang mengalami hambatan
dalam berkomunikasi, bersosialisasi, sensorik, perilaku,
dan emosi untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhannya. Langkah-langkah tersebut dapat
ditempuh dengan cara :
1.Menggali dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tenaga
ahli (dokter
umum, dokter ahli, psikolog) melalui instansi terkait
melalui seminar
lokakarya layanan pendidikan untuk penyandang autisme.
2.Peningkatan SDM dengan memasukkan kurikulum mengenai
pendidikan untuk
penyandang autisme pada pendidikan guru dan guru luar
biasa (terutama guru
TK dan SD sebagai saringan pertama) terkait.
3.Menyusun satu model layanan pendidikan bagi anak autis.
4. Menyusun pedoman modul layanan pendidikan bagi anak
autis.
5.Memotivasi yayasan penyelenggara pendidikan Autis dan
penyelenggara
SLB dengan memberikan bantuan berupa block grant.
KEBIJAKAN PELAYANAN Pendidikan Bagi Anak Autis
I. PENGERTIAN
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti
diri sendiri "Isme" yang berarti suatu aliran. Berarti
suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas
imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3
tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada
sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai
retardasi mental,sedangkan 20% dari mereka mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi untukbidang-bidang tertentu
(savant)
Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam
bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
Apa Penyebab Autistik?
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika
memegang peranan penting pada terjadinya autistik. Bayi
kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik yang
mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa
anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar
mengalami gangguan yang sama. Selain itu pengaruh virus
seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang buruk;
perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat
menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan
fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi
pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan
antara gangguan pencernaan dan gejala autistik. Ternyata
lebih dari 60 % penyandang autistik ini mempunyai sistem
pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa
susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak
tercerna
dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak
semua berubah menjadi asam amino tapi juga menjadi
peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang
seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang
autistik, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk
kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh
reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan
gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan
membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena
biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan
perilaku.
II. KARAKTERISTIK
Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
- Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
- Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah
berbicara tapi kemudian sirna,
- Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
- Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang
tak dapat dimengerti orang lain
- Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
- Senang meniru atau membeo (echolalia)
- Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau
nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
- Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal)
atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
- Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan
apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
- Penyandang autistik lebih suka menyendiri
- Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar
untuk bertatapan
- tidak tertarik untuk bermain bersama teman
- Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
- sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk
- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
- senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
- tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
- Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
- Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
- tidak kreatif, tidak imajinatif
- tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda
dibalik lalu rodanya di putar-putar
- senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas
angin, roda sepeda,
- dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang
dipegang terus dan dibawa kemana-mana
5. Perilaku:
- dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau
kekurangan (hipoaktif)
- Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti
bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar,
mendekatkan mata ke
pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan
yang diulang-ulang
- tidak suka pada perubahan
- dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi:
- sering marah-marah tanpa alasan yang jelas,
tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
- temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang
atau tidak diberikan keinginannya
- kadang suka menyerang dan merusak
- Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya
sendiri
tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang
lain
III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA AUTISME
Waktu adalah bagian terpenting. Jika anak memperlihatkan
beberapa gejala diatas segera hubungi psikolog klinis,
dokter ahli perkembangan, anak, psikiater anak atau
neurologis khusus autistik dan gangguan perkembangan yang
akan membuat suatu assesstment/pengkajian yang diikuti
dengan penegakan diagnosa. Jika terdiagnosa dini, maka
anak autistik dapat ditangani segera melalui terapi-terapi
terstruktur dan terpadu. Dengan demikian lebih terbuka
peluang perubahan ke arah perilaku normal
IV. BAGAIMANA PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKANNYA
Layanan Pendidikan Awal:
A. Program Intervensi Dini:
1.Discrete Trial Training dari Lovaas: Merupakan produk
dari Lovaas dkk pada Young Autistikm Project di UCLA USA,
walaupun kontroversial, namun mempunyai peran dalam
pembelajaran dan hasil yang optimal pada anak-anak
penyandang autistik. Program Lovaas (Program DTT) didasari
oleh model perilaku kondisioning operant (Operant
Conditioning) yang merupakan faktor utama dari program
intensive DTT. Pengertian dari Applied Behavioral Analysis
(ABA), implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip dan
tehnik yang membentuk teori pembelajaran perilaku
(behavioral learning), adalah suatu hal yang penting dalam
memahami teori perilaku Lovaas ini.
Teori pembelajaran perilaku (behavioral learning) didasari
oleh 3 hal:
1.Perilaku secara konseptual meliputi 3 term penting yaitu
antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi.
2.Stimulus antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan
berefek pada reaksi perilaku yang muncul.
3.Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap
antecendent dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan
reinforcement yang positif sebagai kunci dalam merubah
perilaku. Sehingga perilaku yang baikdapat terus
dilakukan, sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui
time out, hukuman, atau dengan kata 'tidak'). Dalam
teknisnya, DTT terdiri dari 4 bagian yaitu:
- stimuli dari guru agar anak berespons
- respon anak
- konsekwensi
- berhenti sejenak,dilanjutkan dengan perintah selanjutnya
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative
Program for preschooler and parents)
Intervensi LEAP menggabungkan Developmentally Appropriate
Practice (DAP) dan tehnik ABA dalam sebuah program inklusi
dimana beberapa teori pembelajaran yang berbeda
digabungkan untuk membentuk sebuah kerangka konsep.
Meskipun metoda Ini menerima berbagai kelebihan dan
kekurangan pada anak-anak penyandang autistik, titik
berat utama dari teori dan implementasi praktis
yang mendasari program ini adalah perkembangan sosial
anak. Oleh sebab itu, dalam penerapan ini teori autistik
memusatkan diri pada central social deficit. Melalui
beragamnya pengaruh teoritis yang diperolehnya, model LEAP
menggunakan teknik pengajaran reinforcement dan kontrol
stimulus. Prinsip yang mendasarinya adalah :
1. Semua anak mendapat keuntungan dari lingkungan yang
terpadu
2. Anak penyandang autistik semakin membaik jika
intervensi berlangsung konsisten baik di rumah, sekolah,
maupun masyarakat
3. Keberhasilan semakin besar jika orang tua dan guru
bekerja bersama-sama
4. Anak penyandang autistik bisa saling belajar dari
teman-teman sebaya mereka
5. Intervensi haruslah terancang, sistematis, individual
6. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan yang
normal akan mendapat keuntungan dari kegiatan yang
mencerminkan DAP.
Kerangka konsep DAP berdasarkan teori perilaku, prinsip
DAP dan inklusi.
3. Floor Time:
Pendekatan Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan
interaktif yang mengatakan bahwa perkembangan ketrampilan
kognitif dalam 4 atau 5 tahun pertama kehidupan didasarkan
pada emosi dan relationship (Greenspan & Wieder 1997a).
Jadi hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen
utama dalam teori dan praktek model ini.
Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan
terintegrasi untuk intervensi anak yang mempunyai
kesulitan besar (severe) dalam berhubungan (relationship)
dan berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang
sistematik inilah yang disebut Floor Time. Kerangka konsep
program ini diantaranya:
- pentingnya relationship
- enam acuan (milestone) sosial yang spesifik
- teori hipotetikal tentang autistik
4. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related
Communication Handicapped Children)
Divisi TEACCH merupakan program nasional di North Carolina
USA, yang melayani anak penyandang autistik, dan diakui
secara internasional sebagai sistem pelayanan yang tidak
terikat/bebas. Dibandingkan dengan ketiga program yang
telah dibicarakan, program TEACCH menyediakan pelayanan
yang berkesinambungan untuk individu, keluarga dan lembaga
pelayanan untuk anak penyandang autistik. Penanganan dalam
program ini termasuk diagnosa, terapi/treatment,
konsultasi, kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan
hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya
untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang spesifik. Para
terapis dalam program TEACCH harus memiliki pengetahuan
dalam berbagai bidang termasuk, speech pathology, lembaga
kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luar biasa dan
psikologi. Konsep pembelajaran dari model TEACCh
berdasarkan tingkah laku, perkembangan dan dari sudut
pandang teori ekologi, yang berhubungan erat dengan teori
dasar autisme.
B. Program Terapi Penunjang:
Beberapa jenis terapi bagi anak autistik, antara lain:
1. Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot
mulut sehingga membantu anak berbicara lebih baik
2. Terapi Okupasi: untuk melatih motorik halus anak
3. Terapi Bermain: mengajarkan anak melalui belajar sambil
bermain
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy): dengan
pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
5. Terapi melalui makanan (diet therapy): untuk anak-anak
dengan masalah alergi makanan tertentu
6. Sensory Integration Therapy: untuk anak-anak yang
mengalami gangguan pada sensorinya
7. Auditory Integration Therapy: agar pendengaran anak
lebih sempurna
8. Biomedical treatment/therapy: penanganan biomedis yang
paling mutakhir, melalui perbaikan kondisi tubuh agar
terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan
logam berat, efek casomorphine dan gliadorphin, alergen,
dsb)
C. Layanan Pendidikan Lanjutan
Pada anak autistik yang telah diterapi dengan baik dan
memperlihatkan keberhasilan yang menggembirakan, anak
tersebut dapat dikatakan "sembuh" dari gejala autistiknya.
Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan
perilakunya sehingga tampak berperilaku normal,
berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai
wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya.
Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk
masuk kedalam kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang
sangat bagus dalam meniru/imitating) dapat mempunyai
figur/role model anak normal dan meniru tingkah laku anak
normal seusianya.
1. Kelas Terpadu sebagai kelas transisi:
Kelas ini ditujukan untuk anak autistik yang telah
diterapi secara terpadu dan terrstruktur, dan merupakan
kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan
kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara
pengajaran untuk anak autistik ( kelas kecil dengan jumlah
guru besar,dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang
jelas, padat dan konsisten,dsb). Tujuan kelas terpadu
adalah:
1.Membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah
reguler2.
Belajar secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas
reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari
teman-teman sekelasnya. Prasyarat:
2. Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping,
sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku,
terapis bicara, terapis okupasi dsb)
3.Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian
oleh satu team dari berbagai bidang ilmu ( psikolog,
pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang
tua/relawan)
4.Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler
untuk memudahkan proses transisi dilakukan (mis: mulai
latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah raga
atau istirahat atau prakarya dsb)
2. Program inklusi (mainstreaming)
Program ini dapat berhasil bila ada:
1. Keterbukaan dari sekolah umum
2. Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak
normal
3. Peningkatan SDM/guru terkait
4. Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing
Khusus (GPK)
5. Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu
saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu sesuai
dengan kemampuannya)
6. Anak dapat "tamat" (bukan lulus) dari sekolahnya karena
telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama
teman sekelasnya/peers.
7. Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak
memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum
Anak autistik mempunyai cara berpikir yang berbeda dan
kemampuan yang tidakmerata disemua bidang, misalnya pintar
matematika tapi tidak suka menulis dsb. Ciri khas pada
anak autistik:
1. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain
2. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi
orang lain atas perbuatannya.
3. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca
sukar
dipahami. Misalnya dalam bercerita kembali dan soal
berhitung yang menggunakan kalimat
4. Anak kadang mempunyai daya ingat yang sangat kuat,
seperti perkalian, kalender, dan lagu-lagu
5. Anak lebih mudah belajar memahami lewat gambar-gambar
(visual-learners)
6. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman
sekelasnya, seperti sukar bekerjasama dalam kelompok,
bermain peran dsb.
7. Anak sukar mengekspresikan perasaannya, seperti mudah
frustasi bila tidak dimengerti dan dapat menimbulkan
tantrum
Kesulitan-kesulitan anak pada bulan-bulan pertama antara
lain:
1. Kesulitan berkonsentrasi
2. Anak belum dapat mengikuti instruksi guru
3. Perilaku anak masih sulit diatur
4. Anak berbicara/mengoceh atau tertawa sendiri pada saat
belajar
5. Timbul tantrum bila tidak mampu mengerjakan tugas
6. Komunikasi belum lancar dan tidak runtut dalam
bercerita
7. Pemahaman akan materi sangat kurang
8. Belum mau bermain dan berkerjasama dengan
teman-temannya
Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autistik
didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi sebagai
shadow/guru pembimbing khusus (GPK). Tugas seorang shadow
guru pembimbing khusus (GPK) adalah:
1. Menjembatani instruksi antara guru dan anak
2. Mengendalikan perilaku anak dikelas
3. Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi
4. Membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan
teman-temannya
5. Menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam
membantu anak mengejar ketinggalan dari pelajaran
dikelasnya.
Guru pembimbing khusus adalah seseorang yang dapat
membantu guru kelas dalam mendampingi anak penyandang
autistik pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran
dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Guru kelas tetap
mempunyai wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung
jawab atas terlaksananyaperaturan yang berlaku.
3. Sekolah Khusus:
Pada kenyataannya dari kelas Terpadu terevaluasi bahwa
tidak semua anak autistik dapat transisi ke sekolah
reguler. Anak-anak ini sangat sulit untuk dapat
berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling
mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat
baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga, musik,
melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb. Anak-anak
ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga
potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal.
Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah
pengembangan olahraga, Sekolah Musik, Sekolah seni lukis,
Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil,Sekolah komputer,
dlsb.
4. Program sekolah dirumah (Homeschooling Program):
Adapula anak autistik yang bahkan tidak mampu ikut serta
dalam Kelas Khusus karena keterbatasannya, misalnya anak
non verbal, retardasi mental, masalah motorik dan auditory
dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam
Program Sekolah Dirumah (Homeschooling Program). Melalui
bimbingan para guru/terapis serta kerjasama yang baik
dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya, dapat
dikembangkan potensi/strength anak. Kerjasama guru dan
orangtua ini merupakan cara terbaik untuk men-generalisasi
program dan membentuk hubungan yang positif antara
keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan, dengan
dukungan dan kerjasama antara guru sekolah dan terapis di
rumah anak-anak ini dapat diberi kesempatan untuk mendapat
persamaan pendidikan yang setara dengan sekolah
reguler/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Dilain pihak,
perlu dukungan yang memadai untuk keluarga dan masyarakat
sekitarnya untuk dapat menghadapi kehidupan bersama
seorang autistik.
IV. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN AUTISTIK
A. Pelaksanaan Indentifikasi anak Autistik harus mengacu
pada :
1) Rujukan untuk Terapi
Rujukan diperoleh dari:
a. Guru TK/Playgroup/TPA
b. Orang tua
c. Tenaga Ahli
2) Asesment
Asesment dilakukan oleh satu team yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu seperti :
a. Dokter
b. Psikolog
c. Speech patologis
d. Terapis
e. Guru
f. Orang tua
g. Relawan
1. Asesment didasari oleh :
a. Pedoman Kurikulum TK dan SD tahun 1994
b. Pedoman Observasi untuk anak autistik
c. Behavioral intervention manual dari Chatherine Maurice
d. Observasi klinis
e. Masukan dari orang tua
f. Rujukan dari guru, orang tua, dan tenaga ahli
2. Hal-hal yang dikaji :
a. Kognitif
b. Motorik kasar
c. Motorik halus
d. Bahasa dan komunikasi
e. Interaksi sosial
f. Bantu diri (self help)
g. Penglihatan
h. Pendengaran
i. Nutrisi
j. Otot-otot mulut
3) IEP/Individual Educational Plan and Program
IEP didasari oleh kebutuhan dan kemampuan anak untuk
mengejarketertinggalannya dan mengoptimalkan kemampuan
yang dimiliki.
4) Persetujuan Orang Tua
Orang tua harus memiliki komitmen terhadap IEP ikut serta
dalam kelompok kerja (Team work) yang terlibat dalam
pendidikan anak
5) Evaluasi
Evaluasi pendidikan untuk anak autistik meliputi :
a. Evaluasi proses : untuk penilaian guru terhadap
anakdalam setiap hari,
b. Evaluasi bulanan : laporan dari orang tua kepada
guru,atau sebaliknya,
c. Evaluasi catur wulan : laporan untuk orang tua
berbentukdeskripsi kemampuan anak dengan penilaian
kualitatif.
B. PENGEMBANGAN KURIKULUM
Anak autistik memiliki kemampuan yang berdeferensiasi,
serta proses perkembangan dan tingkat pencapaian
programpun juga tidak sama antara satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu kurikulum dapat dipilih,
dimodifikasi dan dikembangkan oleh
guru/pelatih/terapis/pembimbing, dengan bertitik tolak
pada kebutuhan masing-masing anak berdasarkan hasil
identifikasi. Pemilihan dan modifikasi kurikulum juga
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan anak,
dan ketidakmampuannya, usia anak, serta memperhatikan
sumber daya/lingkungan yang ada.
Pelayanan pendidikan bagi anak autistik akan lebih baik
apabila dimulai sejak dini (intervensi dini). Sehingga
untuk mengembangkan kurikulum mengacu pada :
1. Program Pengembangan kelompok bermain (usia 2-3 tahun)
2. Kurikulum Taman Kanak-kanak (usia 4-5- tahun)
3. Kurikulum Sekolah Dasar
4. Kurikulum SLB Tuna Rungu
5. Kurikulum SLB Tunarungu dan Tunagrahita
Penyusunan program layanan pendidikan dan pengajaran
diambil dari kurikulum tersebut, dengan mempertimbangkan
kemampuan dan ketidakmampuan (kebutuhan) anak, dengan
modifikasi. Kurikulum bagi anak autistik dititik beratkan
pada pengembangan kemampuan dasar, yaitu :
1. Kemampuan dasar kognitif
2. Kemampuan dasar bahasa/Komunikasi
3. Kemampuan dasar sensomotorik
4. Kemampuan dasar bina diri, dan
5. Sosialisasi.
Apabila kemampuan dasar tersebut dapat dicapai oleh anak
dengan mengacu pada kemampuan anak yang sebaya dengan usia
biologi/ kalendernya, maka kurikulumdapat ditingkatkan
pada kemampuan pra akademik dan kemampuan akademik,
meliputi kemampuan : membaca, menulis, dan matematika
(berhitung).
C. KETENAGAAN
Ketenagaan dalam penyelenggaraan pendidikan autistik
meliputi beberapa komponen yang sangat terkait satu dengan
yang lain. Yang akan kita jelaskan di bawah ini :
1) Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan yang dimaksud disini, bisa guru atau
terapis.
Tenaga kependidikan untuk anak autistik ini idealnya dari
disiplin ilmu yang sesuai seperti PGTK, PGSD dan Sarjana
PLB atau Sarjana Psikolog. Bukan berarti dari disiplin
ilmu yang lain tidak mampu dalam menangani anak autistik.
Tetapi harus ada pelatihan dan bimbingan. Karena yang
paling diperlukan dalam diri seorang pendidik terutama
dalam penanganan terhadap anak autistik adalah:
1. Mau menerima dan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan sepenuh hati dan disertai rasa kasih
sayang.
2. Mau banyak belajar untuk memperbanyak pengetahuan dan
wawasan.
Tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya terhadap anak diperlukan kreativitas yang tinggi.
Karena perlu diketahuibahwa penanganan anak autistik tidak
bisa disamakan antara anak yang satu
dengan anak yang lain.
2) Tenaga Non kependidikan para akademisi/profesional
terkait.
Selain tenaga kependidikan dalam penanganan terhadap anak
autistik yang sangat berperan adalah :
a. Tenaga Terapi Perilaku
Perilaku menjadi dasar bagi terapi selanjutnya
b. Tenaga terapi wicara :
Karena seperti kita ketahui banyak anak autistik yang
juga mengalamigangguan dalam berbahasa atau berkomunikasi.
c. Tenaga Terapi Sensori Motorik Integrasi :
Contoh dalam materi penjaskes SLB Tunagrahita
d. Yang juga sangat menunjang dalam penyelenggaraan
pendidikan untuk anak autistik adalah
- Orang Tua
- Psikolog
- Psikiater
- Dokter
- Relawan
- Dan tanaga ahli yang lain seperti : ahli gizi, dlsb.
3) Tenaga administrasi
Tanaga administrasi juga sangat diperlukan untuk membantu
penyelenggaraan pendidikan anak autistik. Adapun tujuannya
untuk membantu memperlancar tugas-tugas dari penyelenggara
pendidikan anak autistik.
4) Tenaga Penyelenggara (Pengurus Yayasan)
Pengurus yayasan atau tenaga penyelenggara adalah orang
yang mendirikan pendidikan bagi anak autistik. Sekaligus
bertugas sebagai fasilitator bagi setiap keperluan
pendidikan yang didirikan dan bertanggung jawab terhadap
perkembangan sekolah maupun tenaga pengelola yang ada
sekolah tersebut.
5) Tenaga Pengelola (Pemimpin Sekolah)
Tenaga pengelola merupakan jembatan antara orang tua,
lingkungan dan pihak penyelenggara serta peningkatan
sumber daya manusia bagi guru atau terapisnya.
D. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan tahapan usia
sekolah sebagai berikut :
I. Usia Pendidikan Prasekolah
- Alat Peraga : pengenalan warna, bentuk, huruf dan angka,
benda-benda sekitar, buah, binatang, kendaraan.
- Alat bantu komunikasi : berupa gambar-gambar yang
mewujudkan tujuan komunikasi dari anak.
- Alat bantu pengembangan motorik halus : cara memegang
pensil,menggunting, mewarna, dan sebagainya
- Alat bantu pengembangan motorik kasar : bola, tali,
dlsb.
- Kurikulum Tanan Kanak-kanak
- Terapi wicara (terapi dan alatnya) baik manual atau
elektronik
- Terapi sensori motorik integrasi (ayunan, lorong, balok
titian dan sebagainya)
II. Usia Pendidikan Sekolah Dasar
- Segala sarana belajar yang ada pada sekolah dasar pada
umumnya
- Alat peraga konkrit sebagai penunjang sarana belajar
- Guru pendamping
- Sarana untuk bersosialisasi
III. Usia Pendidikan Menengah
Pada usia ini jika dimungkinkan anak mengikuti kurikulum
sekolah menengah maka sarana belajar bisa mengikuti sarana
yang diperlukan untuk sekolah menengah akan tetapi jika
anak harus berada pada sekolah khusus, maka sarana yang
dibutuhkan harus mengacu pada pengembangan kemampuan
fungsional yang ada pada setiap anak autistik.
E. PENDANAAN
Pendidikan bagi anak autistik memang memerlukan biaya yang
mahal, karena pola pengajaran yang individual (satu anak,
satu guru). Oleh karena itu diperlukan peranan masyarakat
dan orang tua siswa yang lebih besar.
F. MANAJEMEN
Pelayanan pendidikan bagi anak autistik merupakan suatu
kegiatan yang terpadu dan juga melibatkan unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Orang tua, merupakan pemegang peran utama dalam
penanganan anak autistik karena interaksi anak dengan
orang tua lebih besar porsinya dibandingkan dengan di
sekolah.
2. Tenaga pendidik, dimana yang berhubungan langsung
dengan anak didik sehingga dalam memberikan evaluasi yang
lebih akurat dan mengoptimalkan pembelajaran.
3. Penyelenggara pendidikan, sebagai penanggung jawab
kurikulum dan penyedia sarana dan prasarana pendidikan
bagi anak autistik maka peran serta mereka mutlak
diperlukan guna memberikan tempat pelayanan pendidikan
yang memadai.
4. Tenaga profesional (dokter, terapis, psikolog) yang
berfungsi untuk mendeteksi dan menangani, anak autistik
secara berkesinambungan dan integral.
5. Lembaga pemerintah sebagai fasilitator, dan juga
sekaligus mengawasi program pelayanan pendidikan anak
autistik
Dari masing-masing unsur tersebut harus berbentuk suatu
jaringan kerja sehingga dapat mengembangkan
program-program yang bersifat inovatif secara
berkelanjutan dan mampu memberikan pelayanan pendidikan
bagi anak autistik.
G. LINGKUNGAN
Lingkungan bagi anak yang manapun, tidak hanya
dilaksanakan didalam gedung, tetapi juga diluar gedung.
Khusus untuk pendidikan di luar gedung, maka sebaiknya
lingkungan difahamkan dulu tentang anak autistik, seperti
lingkungan bisa bersikap yang tepat pada anak autistik.
Lingkungan yang dimaksud adalah :
1. Keluarga tempat dimana anak autistik berada, yaitu
Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Kakek, Nenek, Pembantu, dlsb.
2. Masyarakat sekitar tempat pendidikan
3. Masyarakat pemilik sarana integrasi dan sosialisasi
bagi anak autistik.
4. Masyarakat secara luas sehingga perlu informasi melalui
media cetak, elektronik, penyuluhan, seminar, dlsb.
H. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa
(anak autistik) yang belajar dan guru pembimbing yang
mengajar. Dalam upaya membelajarkan anak autistik tidak
mudah. Guru pembimbing sebagai model untuk anak autistik
harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan
konsisten di dalam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. Oleh karena anak autistik pada umumnya
mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti orang
lain. Maka guru pembimbing diharuskan untuk mampu memahami
dan mengerti anak autistik.
Komponen-komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar
mengajar adalah :
1. Anak didik
Yakni anak autistik dan anak-anak yang masuk dalam
spektrum autistik.
2. Guru pembimbing
Seorang guru pembimbing anak autistik harus
memiliki dedikasi,ketelatenan, keuletan dan kreativitas di
dalam membelajarkan anak didiknya.Sehingga guru pembimbing
harus memahami prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran
untuk anak autistik.
Prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya
dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan
prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau
pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi
yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah
kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan
ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian
yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Sebagai contoh, untuk mengajarkan anak mengerti dan
memahami makna dari instruksi "Ambil bola merah". Maka
materi pertama yang harus dikenalkan kepada anak adalah
konsep pengertian kata "ambil", "bola". Dan "merah".
Setelah anak mengenal dan menguasai arti kata tersebut
langkah selanjutnya adalah mengaktualisasikan instruksi
"Ambil bola merah" kedalam perbuatan kongkrit. Struktur
pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
- Struktur waktu
- Struktur ruang, dan
- Struktur kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas
yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun di
rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai
tidur kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus
dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.
Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah
berkembang, dapat dilatih dengan memakai jadwal yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya,
supaya anak dapat menerima perubahan dari rutinitas yang
berlaku (menjadi lebih fleksibel). Diharapkan pada
akhirnya anak lebih
mudah menerima perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan (adaptif) dan dapat berperilaku secara wajar
(sesuai dengan tujuan behavior therapi).
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari
tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan
evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip dasar
sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus
dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan
anak, sehingga apabila target program pertama tersebut
menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula
selanjutnya.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak
autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan. Artinya :
apabila anak berperilaku positif memberi respon positif
terhadap susatu stimulan (rangsangan), maka guru
pembimbing harus cepat memberikan respon positif
(reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku
negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan dalam
ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara
tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus
sesuai dengan perilaku sebelumnya.
Konsisten memiliki arti "Tetap", bila diartikan secara
bebas konsisten mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang,
dan waktu. Konsisten bagi guru pembimbing berarti; tetap
dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak sesuai
dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing-masing
individu
anak autistik. Sedangkan arti konsisten bagi anak adalah
tetap dalam mempertahankan dan menguasai kemampuan sesuai
dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu yang
berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten dalam pendidikan
bagi anaknya, yakni dengan bersikap dan memberikan
perlakukan
terhadap anak sesuai dengan program pendidikan yang telah
disusun bersama antara pembimbing dan orang tua sebagai
wujud dari generalisasi pembelajaran di sekolah dan
dirumah.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka
prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan
juga mutlak diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini
meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran,
program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam
pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga
harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan
lingkungan sekitar anak. Kesimpulannya, therapi perilaku
dan pendidikan bagi anak autistik harus dilaksanakan
secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh
dan terpadu).
3. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak
autistik tentunya harus berdasarkan pada kurikulum
pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak
mampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi
masing-masing individu.
4. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan
Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode yang
digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada,
dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak
serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak.
Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode yang
memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga
anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian
tentang "sesuatu" tersebut.
5. Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran
proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep
pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir
anak autistik pada umumnya adalah pola pikir kongkrit.
sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga harus
kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun
pada awalnya mereka dilatih dengan sarana belajar yang
kongkrit.
6. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan
pengajaran perlu dilakukan adanya evaluasi (penilaian).
Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
evaluasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada
saat proses kegiatan berlangsung dengan cara meluruskan
atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran
yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini
dilakukan oleh pembimbing dengan cara memberi reward atau
demonstrasi secara visual dan kongkrit.
Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana progres yang
dicapai anak dapat diketahui dengan cara adanya catatan
khusus/buku penghubung.
2. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan
perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau
dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini
dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan
perkembangan anak antara guru dan orang tua anak autistik
guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan pemecahan
masalah), antara lain dengan mencari penyebab dan latar
belakang munculnya masalah serta pemecahan masalah macam
apa yang tepat dan cocok untuk anak autistik yang menjadi
contoh kasus. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dan orang
tua dengan mengadakan diskusi bersama atau case
conference.
3. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang
dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan program secara
menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan
pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka
kelanjutan program dan kesinambungan program ditingkatkan
dengan bertolak dari kemampuan akhir yang dikuasai anak,
sebaliknya apabila program belum dapat terkuasai oleh anak
maka diadakan pengulangan program (remedial) atau meninjau
ulang apa yang menyebabkan ketidak berhasilan pencapaian
program.
Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan dan Pengajaran bagi
Anak Autistik.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan
pengajaran anak autistik dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Berat - ringannya kelainan/gejala
2. Usia pada saat diagnosis
3. Tingkat kemampuan berbicara dan berbahasa
4. Tingkat kelebihan (strengths) dan kekurangan
(weaknesses) yang dimiliki anak
5. Kecerdasan/IQ
6. Kesehatan dan kestabilan emosi anak
7. Terapi yang tepat dan terpadu meliputi guru, kurikulum,
metode, sarana pendidikan, lingkungan (keluarga, sekolah
dan masyarakat).
Hambatan Proses Belajar Mengajar dan Solusinya.
1. Masalah prilaku
Masalah perilaku yang sering muncul yaitu : stimulasi diri
dan stereotip. Bila perilaku tersebut muncul yang dapat
kita lakukan :
i. Memberikan Reinforcement.
ii. Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan
diri sendiri
iii. Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
iv. Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak
menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil,
misalnya; menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab yang
jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum
dlsb.Cara mengatasinya :
1) Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
2) Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap
tenang.
3) Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat
dilanjutkan.
3. Masalah Perhatian. (Konsentrasi)
Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan
untuk waktu yang lama dan masih berpindah pada
obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak.
Untuk itu maka usaha yang harus diupayakan oleh pembimbing
adalah:
a. Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara
bertahap.
b. Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
c. Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan
kembali, dimaksudkan untuk mengurangi kejenuhan pada anak,
misal : dengan menyanyi, bermain, bercanda, dlsb.
4. Masalah Kesehatan.
Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan
belajar mengajar tidak dapat berjalan secara efektif,
namun demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan,
hanya saja dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi
anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk
Perkumpulan Orang Tua Siswa, sebagai sarana penyebaran
berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari
informasi internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap
muka dengan tokoh yang berkaitan dalam pendidikan untuk
anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan
untuk kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran siswa,
- Kartu-kartu PECS, Compics, Flashcard, dlsb,
- Pegs, balok kayu, puzzle dan mainan edukatif lainnya
By Imron Rosyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar